BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Identifikasi Masalah
Proses pendidikan berarti di dalamnya menyangkut kegiatan
belajar mengajar dengan segala aspek dan faktor yang mempengaruhi. Pada
hakikatnya untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran, maka dalam proses
tersebut menuntut terjadinya proses belajar mengajar yang optimal. Dengan
mengoptimalisasi proses belajar mengajar tersebut diharapkan para siswa dapat
meraih prestasi belajar yang memuaskan.
Pelajaran IPA diberikan pada setiap jenjang dari sekolah
dasar sampai perguruan tinggi. IPA merupakan ilmu pengetahuan yang sangat
berguna dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Dan dalam upaya
memahami ilmu pengetahuan lainnya. Oleh karena itu pelajaran IPA hendaknya diusahakan
menjadi pelajaran yang menarik dan menyenangkan. Selain itu guru diharapkan
dapat memberi motivasi supaya siswa lebih memahami materi yang disampaikan.
Kemampuan guru dalam mendidik dan mengajar tidak hanya ditunjuk
dengan berhasil dalam penyusunan program pembelajaran. Namun ditunjuk oleh
hasil pelaksanaan ketika proses belajar mengajar itu dilakukan. Pembelajaran di
katakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar (75%)
siswa terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses
pembelajaran. Hal ini harus ditunjukkan dengan dengan ketuntasan pembelajaran
yang ditandai dengan tercapainya KKM yang telah ditetapkan, disamping
menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan
rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari hasil proses pembelajaran
dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku positif pada diri siswa.
2. Analisis Masalah
Rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 18 Anak
Setatah diduga selama ini proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru belum
sebagaimana mestinya. Hal ini terlihat selama proses pembelajaran guru masih
menggunakan metode ceramah, proses pembelajaran berpusat pada guru. Sehingga
siswa tidak diberi kesempatan untuk berperan langsung dalam pembelajaran.
Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sangat sedikit sekali, sehingga
proses pembelajaran itu tidak terlaksana dengan optimal. Oleh karena itu
pembelajaran hendaknya diusahakan menjadi pembelajaran yang menarik dengan
menggunakan metode demonstrasi. Dalam pembelajaran IPA akan memberi konstribusi
terhadap pengembangan kemampuan berfikir, menciptakan kemampuan siswa dalam
mendemonstrasikan pengetahuan yang dimilikinya serta dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Dengan penggunaan metode ini diharapkan bisa meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 18 Anak Setatah
Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun Pelajaran 2011 / 2012.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SDN 18 Anak Setatah Rangsang Barat
Tahun Pelajaran 2011 / 2012?
C.
Tujuan
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan
metode demonstrasi siswa kelas IV SDN 18 Anak Setatah Rangsang Barat Kabupaten
Kepulauan Meranti Tahun Pelajaran 2011 / 2012.
D.
Manfaat
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan usaha
perbaikan pembelajaran dengan penggunaan metode demonstrasi ini dapat
memberikan manfaat dan kegunaan kepada komponen-komponen pendidikan antara lain
:
1. Bagi siswa
a.
Melalui penggunaan metode demonstrasi diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar khususnya siswa kelas IV.
b.
Meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga kegiatan
belajar mengajar menyenangkan
c.
Mendidik siswa agar berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran dikelas
d.
Melatih siswa agar berani menyampaikan pertanyaan
maupun pendapatnya
2. Bagi Guru
a.
Melalui penggunaan metode demonstrasi yang dilakukan
sebagai strategi pembelajaran untuk meningkatkan kepercayaan diri.
b.
Meningkatkan pengetahuan guru dalam penggunaan metode
yang tepat dan kreatif.
c.
Mengembangkan profesionalitas guru
3. Bagi Sekolah
a.
Penggunaan metode demonstrasi dapat dijadikan salah
satu masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.
b.
Sebagai sumbangan pemikiran dalam proses belajar
mengajar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
Menurut
Sudjana (2001) belajar adalah suatu kognitif yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan tersebut dapat ditunjukkan seperti
pemahaman, pengetahuan sikap atau kemampuan, sedangkan menurut Sardiman (2001)
belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian
kegiatan, misalnya dengan membaca, mendengar, meniru dan sebagainya.
Menurut
slameto (1995), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain :
1.
Faktor internal siswa
Faktor internal siswa adalah faktor yang berasal dari
dalam diri siswa sendiri yang meliputi aspek fisiologis (aspek yang menyangkut
tentang keberadaan siswa) dan aspek psikologis ( aspek yang meliputi tingkat
kecerdasan, minat, bakat, motivasi dan perhatian).
2.
Faktor eksternal siswa
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri
siswa yang meliputi faktor lingkungan siswa. Yang merupakan factor keberadaan
guru, staff administrasi dan teman-teman sejawatnya, selain itu juga factor non
sosial yaitu keberadaan dan penggunaan
yang dirancang sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Lebih jauh Slameto memberi ciri-ciri tentang perubahan tingkah
laku yang terjadi dalam belajar tersebut, sebagai berikut :
- Terjadi secara sadar
- Bersifat kontinu dan fungsional
- Bersifat positif dan aktif
- Bukan bersifat sementara
- Bertujuan dan terarah
- Mencakup seluruh aspek tingkah laku
Berkenaan dengan hasil belajar berupa perubahan tingkah
laku, diungkapkan pula dalam difinisi lain yang mengatakan bahwa belajar adalah
semua aktifitas mental yang berlangsung secara interaksi aktif antara
lngkungan, menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap yang bersidat relative, konstan dan berbekas.
Sesuatu menjadi tahu konsep tersebut dan mampu menggunakannya dalam materi lanjut
dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi dapat dijelaskan bahwa perbuatan belajar terjadi
karena interaksi seseorang dengan lingkungannya yang akan menghasilkan suatu
perubahan tingkah laku pada berbagai aspek, diantaranya pengetahuan, sikap, dan
keterampilan. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut haruslah didasari oleh
individu yang belajar, berkesinambungan dan akan berdampak pada fungsi
kehidupan yang lainnya. Selain itu tidak bersifat sementara, bertujuan dan
perubahan yang terjadi meliputi
keseluruhan tingkah laku pada sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.
Hamalik (2003) menyajikan dua definisi belajar yang umum
digunakan, yaitu :
- Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalui pengalaman (learning si defined as the modification or
strengthening of behavior through experiencing).
- Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku
individu melalui interaksi dengan lingkungan.
Menurut Ibrahim (2006) hasil belajar siswa menyangkut
semua perubahan perilaku yang dialami oleh siswa sebagai akibat proses belajar
baik sebagai instructional effect maupun nurtuans effect. Tingkah laku yang
dimaksud dapat berupa ketrampilan kognitif (intelektual), keterampilan sosial
maupun sikap.
Keterampilan kognitif menurut Anderson dan Krathwol (dalam Ernanovita,
2007) mencakup :
1.
Mengingat (remember), yaitu kemampuan manusia untuk
menggali kembali pengetahuan relevan yang tersimpan dalam memori jangka
panjang.
2.
Memahami (understand), seseorang dikatakan memahami
bila dia mampu membangun pengertian dari pesan pembelajaran dalam bentuk
kounikasi lisan, tulisan maupun gambar.
3.
Menerapkan (apply), kemampuan seseorang untuk melakukan
suatu prosedur pada situsi baru yang disediakan.
4.
Menganalisis adalah kemampuan seorang untuk menerapkan
suatu materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan dapat menentukan bagaimana
menentukan bagian-bagian berhubungan satu sama lain untuk membangun suatu
struktur atau untuk mencapai tujuan tertentu.
5.
mengevaluasi adalah kemampuan seseorang untuk membuat
kepuptusan berdasarkan pada criteria atau standar.
6.
Mencipta yaitu kemampuan seseorang untuk menggabungkan
unsure-unsur secara bersama-sama sehingga koheren atau dapat berfungsi.
B. Metode Demonstrasi
1. Pengertian Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan menggunakan alat
peraga untuk memperjelas pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana
berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa.
Informasi yang diperoleh siswa sehingga siswa bisa memilih
apa dan bagaimana melakukan respon dalam kegiatan belajar. Respon ini, kemudian
dikaitkan secara langsung dengan pilihan-pilihannya tadi. Jika menginginkan
hasil yang berbeda, mereka harus bertingkah laku secara berbeda pula agar hasil
yang diinginkan tercapai. Tanggung jawab untuk mengambil peluang semacam itu
benar-benar berada ditangan siswa itu sendiri. Apabila mereka ikut menentukan
tujuan belajarnya maka komitmennya akan tinggi dan rasa tanggung jawab untuk
hasil akan meningkat.
2. Langkah-langkah Motode Demonstrasi
Ada beberapa langkah-langkah metode demonstrasi yang harus
dilakukan sepeti berikut ini :
a.
Memulai demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang
merangsang siswa untuk berfikir, misalnya melalui pertanyaan yang mengandung
teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi
guru.
b.
Menciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari
suasana yang menegangkan.
c.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif
memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilibatkan dari proses
demonstrasi tersebut.
3. Keuntungan Metode Demonstrasi
Ada
beberapa keuntungan metode demonstrasi antara lain :
a.
Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan
dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan materi pelajaran
yang dijelaskan.
b.
Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa
tidak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
c.
Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan
memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Siswa akan
lebih menyakini kebenaran materi pembelajaran.
4. Kelemahan Metode Demonstrasi
Ada
beberapa kelemahan metode demonstrasi antara lain :
a.
Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih
matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga
dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
b.
Untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu,
guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu sehingga membutuhkan waktu
yang lama.
c.
Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan yang
khusus sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.
C. Hubungan Metode Demonstrasi Dengan Hasil
Belajar
Dalam proses pembelajaran guru harus dapat mengembangkan
berbagai teknik pembelajaran yang menarik dan disenangi siswa dengan
menggunakan metode yang sesuai sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.
Penggunaan metode demonstrasi sangat erat hubungannya akan terlihat siswa lebih
percaya diri untuk melakukan tindakan yang menyenangkan dalam pembelajaran.
Siswa akan mendapatkan ilmu dari peragaan metode demonstrasi tersebut
pengalaman siswa akan bertambah. Dapat membuat gagasan-gagasan dan pendapat
secara aktif sehingga akan tercapai hasil belajar yang kita harapkan. Kurikulum
KTSP 2006 adalah kurikulum yang menuntut belajar tuntas. Kurikulum ini
memberikan kebebasan kepada siswa untuk menetapkan pencapaian kompetensi,
sehingga memungkinkan siswa untuk mencapai keberhasilan yang diinginkan.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada siswa kelas
IV SDN 18 Anak Setatah kecamatan Rangsang Barat dengan jumlah 19 orang siswa
yang terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan.
Tabel 1. Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran
No
|
Siklus
|
Mata
Pelajaran
|
Hari
/ tanggal
|
Kelas
|
keterangan
|
1
|
I
|
IPA
|
Rabu, 14 Maret 2012
|
IV
|
Laki-laki : 9 org
Perempuan : 10 org
|
2
|
II
|
IPA
|
Selasa, 20 Maret 2012
|
IV
|
Laki-laki : 9 org
Perempuan : 10 org
|
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) untuk
perbaikan pembelajaran pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN 18 Anak Setatah
Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti pada semester 2 tahun pelajaran 2011
/ 2012, dengan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan dalam memecahkan
permasalahan yang ditemui selama mengadakan proses PTK (Penelitian Tindakan
Kelas), kemudian dengan perencanaan tersebut akan dipergunakan untuk mengadakan
pelaksanaan serta pengamatan kegiatan perbaikan dan refleksi.
Siklus I
-
Perencanaan
a.
Menetapkan tanggal pelaksanaan yaitu pada tanggal 14
Maret 2012
b.
Menetapkan materi pelajaran yaitu gaya mempengaruhi
gerak benda
c.
Mempersiapkan media pembelajaran.
d.
Mempersiapkan perangkat pembelajaran meliputi silabus,
RPP.
e.
Menyiapkan lembar soal post test.
f.
Menyiapkan LKS.
g.
Menyiapkan lembar observasi yang digunakan observer.
-
Pelaksanaan
Tahap
berikut ini adalah pelaksanaan tindakan untuk perbaikan pembelajaran yang
dilakukan meliputi :
a.
Kegiatan awal (10 Menit)
-
Apersepsi
-
Motivasi
-
Menyampaikan tujuan pembelajaran
b.
Kegiatan Inti (40 Menit )
-
Guru mendemontrasikan berbagai cara mengubah gerak
suatu benda (tarikan dan dorongan)
-
Guru menjelaskan pengertian gaya
-
Guru memberi contoh gaya dalam kehidupan sehari-hari
-
Siswa menyebutkan benda-benda yang dapat dipengaruhi
oleh gaya
-
Siswa menyebutkan keuntungan yang dapat ditumbuhkan
oleh gaya
-
Guru memberikan LKS
-
Siswa mengerjakan LKS dibawah bimbingan Guru
a.
Kegiatan Akhir (20 Menit)
-
Siswa menyimpulkan materi pelajaran dibawah bimbingan
guru
-
Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
-
Guru memberikan tugas
-
Pengamatan
Pengamatan
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan lembar pengamatan yang dilakukan seorang observer.
-
Refleksi
Data
yang diperoleh dari kegiatan pengamatan dan hasil belajar siswa kemudian
dianalisis. Hasil kegiatan tersebut dapat menjadi pedoman untuk melakukan
tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.
Siklus II
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penulis, sesuai dengan rencana
perbaikan pembelajaran terhadap hasil nilai siswa yang belum menunjukkan hasil
yang memuaskan pada siswa kelas IV SDN 18 Anak Setatah Rangsang Barat Kabupaten
Kepulauan Meranti, maka diadakan perbaikan melalui siklus II. Dengan
langkah-langkah perbaikan pembelajaran yaitu :
1. Perencanaan
a.
Menetapkan tanggal pelaksanaan yaitu pada tanggal 20
Maret 2012
b.
Melanjutkan materi pelajaran yaitu gerak mempengaruhi
bentuk benda
c.
Mempelajari materi perbaikan yang akan diberikan kepada
siswa
d.
Mempersiapkan media pembelajaran
e.
Mempersiapkan perangkat pembelajaran, meliputi silabus,
RPP
f.
Menyiapkan lembar soal post test
g.
Menyiapkan LKS
h.
Menyiapkan lembar observasi yang digunakan observer
2. Pelaksanaan
Tahap
berikut ini adalah pelaksanaan tindakan untuk perbaikan pembelajaran yang
dilakukan meliputi :
a.
Kegiatan awal (10 Menit)
-
Apersepsi
-
Motivasi
-
Menyampaikan tujuan pembelajaran
b.
Kegiatan Inti (40 Menit )
-
Guru mendemonstrasikan contoh gaya dapat merubah bentuk
benda
-
Guru menjelaskan bahwa gaya dapat merubah bentuk suatu
benda
-
Guru menjelaskan contoh-contoh benda yang dapat merubah
bentuk dalam kehidupan sehari-hari
-
Guru menjelaskan manfaat yang dapat ditimbulkan oleh
perubahan bentuk suatu benda
-
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
-
Guru memberikan LKS
-
Siswa mengerjakan LKS dibawah bimbingan Guru
c.
Kegiatan Akhir (20 Menit)
-
Siswa menyimpulkan materi pelajaran dibawah bimbingan
guru
-
Mengevaluasi kegiatan pembelajaran
3. Pengamatan
Pengamatan
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan perbaikan pembelajaran dengan
menggunakan lembar pengamatan yang dilakukan seorang observer. Setelah
melakukan pengamatan terlihat adanya perubahan kearah yang lebih positif
terutama para siswa sudah semakin baik menguasai materi pelajaran yang
disampaikan dan mampu memberikan jawaban atas tugas yang diberikan. Sehingga
siswa sudah memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti mata pelajaran IPA.
4. Refleksi
Setelah
data diperoleh dan dianalisa dapat ditemukan hasil tes siswa kelas IV pada mata
pelajaran IPA di siklus II sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan
metode demonstrasi dapat memberikan pengaruh positif terhadap daya serap siswa
kelas IV dengan hasil belajar yang meningkat.
C. Teknik Analisis Data
Pada setiap kegiatan penulis melakukan observasi
dengan menggunakan instrument observasi untuk mengetahui aktivitas guru dan
siswa. Dalam mengumpulkan data dan mendapatkan data, maka penulis menggunakan
teknik-teknik sebagai berikut :
1.
Teknik observasi yaitu melakukan pengamatan secara
langsung ke objek penelitian siswa kelas IV untuk mencatat aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran
2.
Teknis tes yaitu evaluasi untuk mendapat skor hasil
belajar.
Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif dengan persentase dan grafik. Jika data yang telah terkumpul lalu
diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu data kualitatif dan kuantitatif.
Data kualitatif dalam bentuk kata-kata atau kalimat sedangkan kuantitatif
berbentuk angka-angka dipresentasekan selanjutnya dikumpulkan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan
Pembelajaran
Perbaikan pembelajaran bidang studi IPA dengan
menggunakan model demonstrasi ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap penerapan
tindakan diperoleh data temuan kemudian
dianalisis.
a. Siklus I
Berdasarkan data prasiklus sebanyak 1 siswa (5,26%) yang
memperoleh nilai baik sekali, 4 siswa (21,1%) memperoleh nilai baik. 9 orang
siswa memperoleh nilai cukup (47,3%) dan 5 siswa (26,3%) memperoleh nilai
kurang. sebagian siswa dikelas belum mencapai KKM pembelajaran Dengan demikian
maka dilakukan perbaikan pembelajaran. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran
pada siklus I diperoleh data nilai siswa yaitu : siswa yang memperoleh nilai 87
– 100 sebanyak 5 siswa (26,3%), siswa yang memperoleh nilai 76 – 86 sebanyak 3 siswa
(15,8%), sedangkan yang memperoleh nilai 65 – 75 sebanyak 8 siswa (42,1%) dan
yang memperoleh nilai <65 3 siswa (15,8%) dengan perolehan nilai rata-rata keseluruhan
meningkat menjadi 77,1 pada siklus I siswa belum tuntas secara keseluruhan.
b. Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I dengan hasil yang
belum sesuai dengan indikator penelitian, maka pada pertemuan siklus II
diadakan perbaikan-perbaikan dari perencanaan proses perbaikan pembelajaran
secara menyeluruh dengan melakukan observasi.
Pada siklus ini, siswa yang memperoleh nilai 87 – 100
sebanyak 6 siswa (31,6%), siswa yang memperoleh nilai 76 – 86 sebanyak 5 siswa
(26,3%), sedangkan yang memperoleh nilai 65 – 75 sebanyak 7 siswa (36,8%) dan 1
siswa yang mendapat nilai kurang (5,26%).
Rata-rata nilai keseluruhan siswa yaitu 83,2 artinya pada
siklus kedua ini nilai siswa semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada
perolehan nilai siswa yang mencapai 80% diatas nilai KKM. Berikut ini penulis
sajikan tabel rekapitulasi perolehan nilai siswa dan grafik perbandingan antara
data awal, siklus I dan siklus II pada rangkaian proses pelajaran bidang study
IPA siswa kelas IV SDN 18 Anak Setatah Rangsang Barat tahun pelajaran 2011 / 2012.
Tabel. 2 Data hasil belajar IPA dengan menggunakan metode
demonstrasi pada
siswa kelas IV SDN 18 Anak
Setatah Kecamatan Rangsang Barat tahun
pelajaran 2011 / 2012
Nilai
/ kategori
|
Pra
Siklus
|
Setelah
tindakan
|
Jumlah
siswa
|
Per
sentase
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
Jumlah
siswa
|
%
|
Jumlah
siswa
|
%
|
87 -100 (baik sekali)
76 - 86 (baik)
65 - 75 (cukup)
<65 (kurang)
|
1
4
9
5
|
5,26
21,1
47,3
26,3
|
5
3
8
3
|
26,3
15,8
42,1
15,8
|
6
5
7
1
|
31,6
26,3
36,8
5,26
|
Jumlah
|
19
|
100
|
19
|
100
|
19
|
100
|
Dari tabel
diatas dapat disimpulkan bahwa :
-
Pada data awal (prasiklus) siswa yang memperoleh nilai
antara 87 – 100 sebanyak 1 siswa (5,26%) dari siswa seluruhnya, sedangkan pada
siklus I mendapat nilai antara 87 – 100 meningkat menjadi 5 siswa (26,3%) dari
jumlah seluruhnya.
-
Pada siklus I yang mendapat nilai 87 – 100 berjumlah 5
siswa (26,3%). Pada siklus II meningkat menjadi 6 siswa (31,6%) dari jumlah
seluruhnya.
Dari data diatas
dapat dilihat bahwa penggunaan metode demonstrasi dapat meningkat hasil belajar
IPA siswa kelas IV SDN 18 Anak Setatah Rangsang Barat.
Berikut penulis memaparkan hasil belajar siswa dengan memakai grafik
dibawah ini :
Grafik 1. Perbandingan antara data awal, siklus
I dan siklus II
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan
Pembelajaran
Pada waktu pra tindakan dilakukan pemahaman siswa masih
belum berkembang, siswa lebih banyak menunggu atau kurang aktif dalam
pembelajaran. Namun setelah diberi tindakan pada siklus I dan II dengan
menggunakan model Demonstrasi yang mengacu pada pencapaian kompetensi dasar
sesuai dengan kemampuan siswa. Diantaranya adalah semangat pembelajaran yang
terus meningkat yang dapat dilihat dari semangat siswa dalam proses pembelajaran.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas IV SDN 18 Anak
Setatah Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti tahun pelajaran 2011 / 2012.
Pada siklus I dari 19 jumlah siswa kelas IV siswa yang
tuntas sebanyak 16 Orang siswa dan 3 Orang siswa yang tidak tuntas dengan nilai
rata-rata keseluruhan 77,1.
Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa
dari 19 jumlah siswa, hanya 1 Orang
siswa yang tidak tuntas dengan nilai rata-rata keseluruhan 83,2.
B. Saran tindak Lanjut
Beberapa hal yang sebaiknya harus dilakukan guru dalam
meningkatkan hasil belajar dan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan metode demonstrasi
antara lain :
- Dalam proses pembelajaran guru hendaknya memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapat agar siswa lebih aktif
dan kreatif.
- Mempersiapkan kegiatan pembelajaran sebaik-baiknya
agar proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
- Pengajar hendaknya melakukan perbaikan secara efektif
apabila ditemukan kendala-kendala pembelajaran pada siswa sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan secara optimal hingga tercapainya tujuan
pembelajaran itu.
DAFTAR PUSTAKA
Dimiyanti, dan
Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran,
Jakarta : Rineka Cipta
Depdiknas.
(2006). Kurikulum 2006 KTSP IPA SD &
MI. Jakarta : Depdiknas
Roestiyah, 2006 Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :
Rineka Cipta
Haryanto, 2004, Sains Fisika Sekolah Dasar kelas IV,
penerbit Erlangga, Jakarta.
Sudjana, N,
2002, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar,
Sinar Baru, Algesindo, Bandung
Hamalik, Oemar
2003, Kurikulum dan Pembelajaran,
Bumi aksara, Bandung.
Ibrahim, M,
2006, Pembelajaran kooperatif, makalah
program Pasca Sarjana Unesca, Jakarta.
Slameto, 2007, Proses Belajar Mengajar, Bandung : Bumi
Aksara
Tim FKIP.
(2009). Pemantapan Kemampuan Profesional.
Jakarta : Universitas Terbuka
Wardini, I.G.A.K; Wihardik K. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta :
Universitas Terbuka